BALIKPAPAN – Harga beras di Balikpapan terus merangkak naik, khususnya untuk beras premium yang sudah mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Menurut Kepala Dinas Perdagangan, Haemusri Umar, ada beberapa faktor yang mendukung kenaikan harga tersebut.
Salah satunya adalah perilaku oknum yang mengambil beras dari program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), yang mengakibatkan distribusi beras tidak merata di pasar tradisional.
Haemusri menegaskan bahwa ketersediaan stok beras masih aman hingga Juni, namun ada oknum yang bermain sehingga pasokan beras SPHP tidak terdistribusi dengan baik, mempengaruhi harga di pasaran.
Proses penyelidikan oleh pihak kepolisian pun tengah dilakukan terkait masalah ini.
Selain faktor perilaku oknum, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti cuaca, distribusi, dan pertumbuhan penduduk.
Musim panen yang terganggu oleh cuaca seperti El Nino menyebabkan pasokan beras berkurang, sementara distribusi ke Kalimantan menghadapi kendala akses angkutan dari pulau lain.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, terutama akibat pembangunan infrastruktur seperti Kawasan Industri Kendawangan (IKN) dan proyek strategis nasional (PSN), juga ikut mempengaruhi kebutuhan pangan di Balikpapan.
Kini, jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 1 juta orang telah meningkatkan permintaan akan bahan pokok.
Sebagai solusi, Dinas Perdagangan akan merancang penyesuaian neraca perdagangan untuk mengakomodasi kebutuhan pangan yang meningkat.
Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas’ud, juga akan menggelar operasi pasar sebelum Ramadan untuk menekan harga beras yang tinggi.
Operasi pasar ini akan melibatkan Bulog dan distributor, serta akan dilakukan pemeriksaan terhadap gudang untuk mencegah penimbunan barang.
Semua pihak diimbau untuk bekerja sama dalam menjaga kondisi pasar agar tetap kondusif dan harga bahan pokok dapat terjaga stabil.
Editor Topik Borneo