SANGATTA — Situasi menyedihkan terjadi di sepanjang jalan poros Sangatta-Bengalon, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), di mana beberapa anak kecil terlihat berpanas-panasan di pinggir jalan.
Mereka terlihat meminta bantuan kepada pengendara yang melintas, menerima uang atau makanan sebagai bentuk sumbangan.
Potret menyedihkan ini menjadi lebih mencolok menjelang Hari Raya Lebaran, saatnya anak-anak seharusnya menikmati kebahagiaan momen tersebut.
Sesungguhnya, keberadaan anak-anak di jalanan, terutama di bawah terik matahari dan di sepanjang jalan yang rusak, merupakan suatu masalah yang memprihatinkan.
Para pengendara yang melintas pun merasa prihatin dan bertanya-tanya mengapa anak-anak harus mengalami hal tersebut. Mereka berharap ada pihak yang bertanggung jawab yang dapat menangani masalah ini dengan serius.
Kondisi ini semakin memprihatinkan mengingat Kutai Timur adalah daerah yang kaya dan memiliki pendapatan APBD yang signifikan, mencapai Rp 9,1 triliun pada tahun 2024. Sehingga, sangat disayangkan bahwa masalah seperti ini masih terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan anak-anak di jalanan tersebut ternyata bukan hal yang baru, melainkan telah berlangsung selama setahun terakhir di beberapa titik di sepanjang jalan poros Sangatta-Bengalon. Bahkan, terdapat informasi bahwa tidak jarang ada orang dewasa yang mendampingi mereka. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan mengenai penyebab dan solusi dari permasalahan ini.
Pengendara yang menyaksikan kejadian tersebut menyuarakan keprihatinan mereka kepada pihak berwenang, meminta agar tindakan segera diambil untuk mengatasi masalah ini.
Salah satu harapan adalah agar Dinas Perlindungan Anak dan Sosial segera turun tangan untuk menangani situasi ini dengan pendekatan yang tepat, tanpa harus menggunakan tindakan represif.
Anggota DPRD Kutai Timur, Hepnie Armansyah, menegaskan bahwa keberadaan anak-anak di jalanan bukanlah keinginan mereka sendiri, melainkan hasil dari pengaruh dan didikan orang dewasa di sekitarnya.
Ia juga mengimbau agar pihak terkait melakukan pendekatan persuasif untuk mengatasi permasalahan ini, sambil menghindari penyebaran budaya yang tidak sehat di kalangan anak-anak.
Dalam hal ini, peran serta semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga, sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik dan menjaga keberlangsungan kesejahteraan anak-anak di Kutai Timur.
Editor Topik Borneo