spot_img

Erdogan Ungkap Alasan Kenapa Sulit Tempuh Perdamaian di Gaza

ISTANBUL – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengungkapkan kekecewaannya atas kurangnya kemajuan dalam mencapai perdamaian di Jalur Gaza, di mana dilaporkan lebih dari 28.000 orang tewas oleh Israel. Erdogan menyebut kegagalan ini disebabkan oleh pendekatan negatif Amerika Serikat.

Erdogan menegaskan bahwa meskipun Amerika Serikat mengklaim telah mengirimkan pejabat tingkat tinggi ke wilayah tersebut untuk menyelesaikan masalah, namun hasil konkret belum tercapai.

Ia kembali menegaskan komitmen Indonesia dalam mencari gencatan senjata dan perdamaian di wilayah tersebut, dengan menekankan bahwa tidak ada alternatif lain selain perdamaian.

Dalam wawancara dengan wartawan saat kembali dari Mesir setelah kunjungan resmi penuh pada Kamis (15/2/2024), Erdogan menyatakan bahwa pandangan yang pernah ia ungkapkan pada awal konflik di Gaza kini juga diperdengarkan di Barat.

Ia menggambarkan serangan di Jalur Gaza, yang berlangsung sejak serangan kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, sebagai cerminan dari “lemahnya hati nurani” Israel.

“Umat manusia harus mendengar seruan ini sesegera mungkin. Tanggung jawab dan akuntabilitas untuk tetap diam dalam menghadapi genosida ini sangatlah besar,” kata Erdogan.

“Sejarah akan menghakimi mereka yang membiarkan pembunuhan yang disengaja terhadap orang-orang tersebut. Mereka yang terlibat dalam genosida ini telah dinyatakan bersalah di dalam sejarah,” tambahnya.

Erdogan menekankan bahwa keamanan masyarakat di kantong Palestina tersebut tidak bisa dikompromikan, dan menyerukan kepada dunia untuk segera mendengarkan panggilan tersebut. Ia juga memperingatkan akan tanggung jawab dan akuntabilitas bagi mereka yang diam dalam menghadapi genosida.

Presiden Turki tersebut mencatat perubahan sikap beberapa negara terhadap Israel, dengan beberapa di antaranya menyatakan penyesalan. Erdogan menekankan bahwa Indonesia terus berupaya untuk perdamaian yang abadi.

Ia menegaskan bahwa solusi terletak pada pendirian negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan ibu kota di Yerusalem Timur, berdasarkan perbatasan tahun 1967.

Erdogan juga mempertanyakan apakah memaksa warga sipil ke daerah yang seharusnya aman sebelum mengebomnya sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan, hukum perang, hukum internasional, dan hak asasi manusia.

Selain itu, ia menekankan perlunya perubahan dalam struktur sistem global yang terdistorsi, yang membuka jalan bagi tragedi baru, serta pentingnya mekanisme pengawasan yang efektif.

Erdogan juga menyoroti perkembangan positif dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang telah dibahasnya dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

Ia kembali menegaskan komitmen Indonesia dan Mesir untuk menjaga tekanan terhadap Israel dan pentingnya kedua negara bersatu dalam menjaga perdamaian dan ketentraman, baik di kawasan maupun secara global.

Sumber : Kompas.com

Editor Topik Borneo

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

MEDIA SOSIAL

1,559FansSuka
1,157PengikutMengikuti
1,175PelangganBerlangganan
- Advertisment -spot_img

BERITA DAERAH

BERITA NASIONAL

BERITA INTERNASIONAL

Komentar