NUSANTARA – Dalam rangka penyusunan Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Otorita IKN menggelar serangkaian Focus Group Discussion (FGD) yang dipimpin oleh Direktorat Kebudayaan, Budaya, dan Ekonomi Kreatif di bawah Kedeputian Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat.
Kegiatan ini mengundang partisipasi dari tokoh adat, pelaku budaya di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), dan para pakar kebudayaan untuk berkontribusi dalam diskusi.
Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari, di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan. FGD ini bertujuan untuk menghimpun berbagai masukan dan perspektif yang akan menjadi dasar dalam menyusun Renduk Pemajuan Kebudayaan di IKN, serta memperkaya konten dan arah kebijakan pemajuan kebudayaan.
“FGD Penyusunan Renduk ini nantinya dapat menjadi panduan bagi Otorita IKN dalam merancang program pengembangan kebudayaan di IKN, serta strategi kebijakan kebudayaan di Nusantara,” kata Direktur Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Muhsin Palinrungi saat membuka kegiatan tersebut.
Dalam keterangan resmi, Muhsin menekankan pentingnya pemahaman bersama terhadap Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. UU ini mengakui lebih dari 700 budaya yang ada di Indonesia, menyoroti kekayaan dan keragaman budaya bangsa yang perlu dipromosikan dan dilestarikan oleh semua pihak.
Meskipun tidak memungkinkan untuk mengundang semua pihak yang terlibat dalam FGD kali ini, kehadiran peserta yang mewakili berbagai suku dari Kalimantan Timur (Kaltim) sangatlah penting.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa diskusi mengenai Penyusunan Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di Ibu Kota Nusantara (IKN) mencakup perspektif yang beragam dan kaya.
Dengan demikian, Renduk yang dihasilkan dapat inklusif dan mencerminkan kekayaan budaya yang ada, serta mendorong pemajuan kebudayaan yang berkelanjutan di IKN.
“Kehadiran mereka diharapkan dapat memberikan pemikiran dan kontribusi yang konstruktif dalam pemajuan kebudayaan di IKN,” tambahnya.
Muhsin juga menambahkan bahwa Otorita IKN berharap perwakilan dari dua kabupaten, yaitu Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara (PPU), dapat menyampaikan pemikiran utama mereka terkait pemajuan kebudayaan di Nusantara.
Diharapkan, kontribusi pemikiran ini dapat memberikan dorongan signifikan dalam perkembangan kebudayaan di Nusantara.
“Selain itu, kebudayaan lokal juga diharapkan dapat berperan aktif dalam momentum ini. Kami mengundang berbagai suku di Kalimantan Timur (Kaltim) untuk berpartisipasi dan menampilkan seni mereka dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2024, yang akan diselenggarakan di Nusantara untuk pertama kalinya,” ujarnya.
Sastri Sunastri, yang mewakili sektor rumpun ilmu Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penelitian yang difokuskan pada program rumah tentang identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara.
Hasil penelitian ini beragam, termasuk kisah-kisah tentang upaya pelestarian budaya di Sepaku.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan berbagai cerita rakyat yang melibatkan suku Dayak, serta masyarakat Balik dan Paser.
Kisah-kisah ini mencerminkan identitas komunal masyarakat setempat, termasuk legenda-legenda tentang asal-usul dan tradisi perkawinan mereka.
“Penelitian ini menggunakan Natural Research Processing. Kami menemukan beberapa nama suku dan wilayah, serta Toponimi Desa/Dusun berbasis pendekatan linguistik dan tradisi lisan,” jelasnya.
Tim penelitian juga telah mengkaji vitalitas dan upaya pemertahanan Bahasa Dusun di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dalam konteks penguatan identitas bangsa di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hasilnya menunjukkan bahwa Bahasa Dusun menghadapi risiko kepunahan.
Selain itu, penelitian lainnya di Kalimantan Timur mencakup topik-topik seperti pelestarian warisan budaya tak benda terkait dengan pembangunan IKN, dilema yang dihadapi oleh minoritas Muslim Tionghoa di Kalimantan Barat, upaya menjaga kontinuitas nilai budaya, serta transformasinya dalam membentuk identitas IKN.
Penelitian juga mengungkap pola spasial dan temporal peninggalan kerajaan Islam di IKN, yang menegaskan pentingnya Kalimantan karena penemuan arkeologi tertua.
Tanah di IKN lebih tua dibandingkan dengan tanah di Pulau Jawa. Menariknya, bahasa Melayu, yang termasuk dalam rumpun Austronesia, telah menyebar melalui Pulau Kalimantan terlebih dahulu.
“Identifikasi proses komunikasi kepala Adat dalam penyelesaian konflik Budaya Di PPU menunjukkan adanya cerita komik makam keramat. Kisah rakyat dapat menjadi arahan kreatif dalam pengembangan wisata. Kemudian, ada multikulturalisme peradaban nusantara masa lalu. Proses pembentukan identitas Kaltim juga diperkuat melalui pendekatan sosiologis dan virologis,” tambahnya.
Editor Topik Borneo