JAKARTA – Calon presiden Ganjar Pranowo menegaskan niatnya untuk menghentikan liberalisasi pendidikan dalam upayanya mengurangi beban ongkos pendidikan bagi mahasiswa.
Dalam debat calon presiden di Jakarta, Ganjar menyatakan bahwa fenomena mahasiswa yang menggunakan pinjaman online (pinjol) untuk membiayai pendidikan tidak boleh terjadi.
Menurutnya, langkah pertama yang harus diambil adalah menghentikan liberalisasi pendidikan, dan ia menyerukan agar langkah ini diimplementasikan segera.
Ganjar juga menekankan pentingnya skala prioritas dalam mendukung mahasiswa, memisahkan antara mahasiswa yang mampu dan yang kurang mampu.
Ia mengusulkan adanya intervensi pemerintah khusus untuk mahasiswa yang kurang mampu, dengan pembiayaan kuliah disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing mahasiswa.
“Yang kurang mampu mesti diberikan intervensi pemerintah. Pembiayaan seperti ini diperuntukkan sesuai dengan strata mereka,” kata Ganjar.
Pernyataan Ganjar ini muncul sebagai tanggapan terhadap pernyataan Anies Baswedan mengenai mahasiswa yang menggunakan pinjol untuk membayar kuliah.
Ganjar juga mempromosikan program “satu keluarga miskin satu sarjana” yang ia usung bersama calon wakil presiden Mahfud Md.
Ia berharap program ini dapat membantu mahasiswa dari keluarga kurang mampu agar tetap dapat mengejar pendidikan tinggi.
Ganjar berkomitmen untuk mempermudah akses pendidikan yang inklusif jika terpilih sebagai presiden.
Ia menjanjikan perbaikan pada kurikulum dan fasilitas pendidikan, tidak hanya untuk siswa, tetapi juga untuk guru dan dosen.
Ganjar juga menggarisbawahi perlunya perhatian terhadap kelompok yang selama ini terpinggirkan, khususnya perempuan dan penyandang disabilitas.
Dalam konteks inklusivitas, Ganjar menyebut pesan dari aktivis perempuan Kalis Mardiasih untuk memperhatikan kelompok yang selama ini dianggap terpinggirkan.
Ganjar berkomitmen untuk meningkatkan inklusivitas di sekolah agar tidak ada perlakuan diskriminatif dan agar setiap siswa dapat berkembang sesuai dengan keterampilan masing-masing.
Sumber : Tempo.co
Editor Topik Borneo