SAMARINDA – Lamine Yamal telah memperkenalkan dirinya kepada dunia melalui ajang Piala Eropa edisi ke-17. Baru berusia 16 tahun, jebolan akademi Barcelona ini menjadi andalan Spanyol untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan lewat sayap kanan.
Yamal bersinar terang saat Spanyol mengalahkan Prancis di laga semifinal. Bermain di Allianz Arena pada Selasa (19/7/2024), Yamal menyumbang satu gol yang membantu La Furia Roja meraih kemenangan 2-1.
Gol cantiknya lewat lesakan jarak jauh dengan kaki kiri membuat bola melesat ke pojok atas gawang.
Dengan satu gol dan tiga assist dari enam penampilannya selama turnamen di Jerman, jelas sang wonderkid akan jadi andalan Spanyol saat menghadapi Inggris di final yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu (14/7/2024). Duel kedua tim akan dimulai pada pukul 21.00 waktu setempat.
Namun, jam kick-off dan keterlibatan Yamal dalam laga puncak ini bisa membuat Spanyol terkena hukuman karena melanggar aturan di Jerman. Pemerintah Jerman melarang orang berusia di bawah 18 tahun untuk bekerja setelah pukul 20.00 (Waktu Eropa Tengah).
Meski ada pengecualian untuk atlet, pesepakbola diperbolehkan bermain hingga pukul 23.00 (CET), termasuk kegiatan pasca-laga seperti mandi dan wawancara. Artinya, Yamal harus meninggalkan stadion sebelum waktu tersebut.
Jika Spanyol melanggar regulasi ini, Federasi Sepak Bola Spanyol akan dijatuhi denda sebesar 30 ribu euro atau sekitar Rp 527,1 juta.
“Saya tidak tahu undang-undang Jerman,” kata pelatih Spanyol, Luis de la Fuente, mengenai spekulasi bahwa Yamal harus keluar dari stadion sebelum pukul 23.00. “Apakah Lamine harus keluar selambat-lambatnya jam 11 malam? Saya rasa tidak,” ujarnya.
Yamal sendiri telah mengukir sejumlah rekor hebat bersama Spanyol. Pada usia 16 tahun dan 57 hari, remaja berpostur 178 sentimeter ini menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah La Furia Roja, melampaui rekor Gavi yang berusia 17 tahun dan 83 hari.
Yamal juga memegang rekor sebagai pencetak gol termuda sepanjang sejarah EURO. Tak salah jika menyebut Yamal sebagai bocah super sakti.
Editor Topik Borneo