PPU – Perjalanan menuju destinasi unggulan di Ibu Kota Baru membawa pengalaman tak terlupakan. Disertai gerimis yang memperindah panorama, perjalanan ini memunculkan kehijauan dedaunan sepanjang jalan, menambah keasyikan perjalanan.
Tiba di Goa Tapak Raja, Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, pesona gua yang tergolong baru di Ibu Kota Baru mulai terungkap.
Gua ini tak hanya menarik perhatian karena lokasinya di IKN, tetapi juga karena menyimpan sejarah dan tapak kaki berukuran besar yang tergantung di dinding gua.
Dikatakan bahwa gua ini pernah digunakan sebagai tempat bertapa dan ritual oleh para leluhur setiap malam.
Keunikan gua ini tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada nuansa sakral yang masih dijaga oleh masyarakat setempat.
Meskipun telah menjadi objek wisata, gua ini tetap dianggap sebagai tempat sakral. Pengunjung yang ingin menjelajahi area gua dan melihat tapak kaki raksasa harus menggunakan jasa pemandu.
Anak-anak dilarang masuk, dan perempuan yang sedang haid juga dilarang untuk memasuki area tersebut.
Pemandu lokal, Komar Roji, menjelaskan bahwa gua ini pertama kali ditemukan pada tahun 1983. Meskipun tidak lagi digunakan untuk pertapaan, gua ini tetap dijaga kelestariannya.
“Umumnya, kita bisa masuk begitu saja, tetapi untuk masuk ke dalam gua ini, pengunjung harus didampingi guide karena dianggap masih memiliki nilai sakral. Selain itu, ketika mengunjungi tempat ini, diharapkan pengunjung menjaga kebersihan,” kata Komar Roji, salah seorang pemandu lokal.
Tapak kaki raksasa yang menggantung di dinding gua diyakini sebagai tapak kaki seorang raja pada masa lalu, sehingga gua ini dinamakan “Gua Tapak Raja.”
Meski sempit dan gelap, gua ini tetap menarik antusiasme pengunjung. Mereka antri untuk menyewa pemandu dan mengeksplorasi keindahan gua.
Meskipun akses masuk sempit dan memerlukan kehati-hatian, pengunjung terkesan dengan cerita seputar tapak kaki raksasa yang berbeda dari ukuran kaki manusia pada umumnya.
Pemerintah Desa Wonosari terus melakukan upaya pengembangan wisata di sekitar gua. Selain gua, pengunjung juga dapat menikmati wahana lain seperti flying fox, danau, jembatan menuju gua, pujasera, dermaga, taman ekoriparian, dan cafe.
Fasilitas tambahan juga sedang dibangun untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung.Seiring dengan berkembangnya wisata, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama pada akhir pekan atau hari libur nasional.
Dengan menerapkan retribusi, pemerintah desa berharap dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) untuk pembangunan lebih lanjut.
Perjalanan ke Gua Tapak Raja bukan hanya petualangan alam, tetapi juga penyelamatan sejarah dan kearifan lokal yang terus hidup di tengah modernisasi.
Sumber : Tribunkaltim.co
Editor Topik Borneo