spot_img

Harga Lada di Berau Anjlok, Petani Cari Alternatif dengan Bertanam Sawit

TANJUNG REDEB – Komoditas lada di Kabupaten Berau mengalami tantangan serius dengan menurunnya eksistensinya dari segi harga dan luasan lahan.

Saat ini, harga lada mencapai Rp 50-60 ribu per kilogram, jauh dari masa jayanya yang pernah mencapai Rp 150 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, mengungkapkan bahwa luas lahan pertanian lada semakin menyusut karena banyak petani yang beralih ke tanaman sawit.

“Sementara dulu harga pernah jaya sampai Rp 150 ribu per Kg. Jadi memang harganya naik turun, dan sekarang rata-rata sekitar Rp 60 ribu per Kg. Sehingga, itu yang membuat semangat para petani beralih ke komoditas yang lain,” kata Lita.

Faktor utama penyebab perubahan ini adalah harga jual lada yang tidak menguntungkan, yang membuat semangat para petani merosot.

Lada merupakan komoditas yang membutuhkan perawatan khusus karena rentan terhadap serangan penyakit, seperti busuk pangkal batang.

“Setelah panen pun tidak bisa langsung dijual, harus direndam dan dikupas dulu kulitnya baru dijemur. Kebersihan kebun harus dijaga karena kalau ada rumput dan lembab dan bisa busuk,” ujar Lita.

Petani harus menjaga kebersihan kebun dan merawat tanaman lada dengan sangat intensif.

Data dari Disbun Berau menunjukkan bahwa luas lahan komoditas lada di kabupaten tersebut mencapai 2.237 hektare, tersebar di 13 kecamatan. Lahan terbanyak berada di Kecamatan Gunung Tabur, diikuti oleh Sambaliung, Tabalar, Biatan, dan Talisayan.

Menanggapi penurunan minat petani terhadap lada, Lita Handini menyatakan bahwa pihaknya terus memberikan bantuan berupa bibit, pupuk, dan obat-obatan kepada para petani untuk memotivasi mereka.

Meskipun luasan lahan dan harga lada mengalami penurunan, Disbun Berau tetap berkomitmen mendampingi para petani.

Mereka membuka saluran komunikasi melalui aplikasi dan WhatsApp, membantu petani mengatasi kendala yang mereka hadapi, dan memberikan bantuan teknis.

Pihak Disbun Berau juga mencatat bahwa serangan penyakit lada semakin meningkat di awal 2024, dengan 10 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang telah dilaporkan.

Dengan adanya perubahan kondisi ini, petani di Berau diharapkan dapat mempertimbangkan alternatif tanaman atau tetap berkomitmen merawat komoditas lada dengan intensif agar tetap memberikan hasil yang optimal.

Pemerintah setempat juga diharapkan terus memberikan dukungan kepada para petani untuk menjaga keberlanjutan pertanian dan keberlanjutan ekonomi masyarakat setempat.

Sumber : Tribunkaltim.co 

Editor Topik Borneo 

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

MEDIA SOSIAL

1,559FansSuka
1,157PengikutMengikuti
1,175PelangganBerlangganan
- Advertisment -spot_img

BERITA DAERAH

BERITA NASIONAL

BERITA INTERNASIONAL

Komentar