LONDON – Kerusuhan merebak di Inggris setelah seorang remaja berusia 17 tahun diduga melakukan penikaman massal yang menewaskan tiga anak kecil. Insiden tragis ini terjadi di sebuah pesta dansa bersama Taylor Swift di Southport, Merseyside.
Axel Rudakubana dituduh membunuh Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice DaSilva Aguiar (9), serta melukai 10 orang lainnya.
Desas-desus palsu mengenai latar belakang agama Rudakubana sebagai seorang Muslim menyebar cepat di media sosial, memicu kemarahan publik dan memicu kerusuhan anti-Muslim. Kelompok sayap kanan memanfaatkan situasi ini untuk menyerang tempat-tempat ibadah umat Muslim.
Kerusuhan pertama kali pecah di Southport, dengan massa melempar batu bata ke arah masjid. Situasi kemudian merambah ke kota-kota lain seperti Liverpool dan London.
Di London, polisi menangkap 111 orang yang terlibat dalam kerusuhan. Sementara itu, di Liverpool, para demonstran melempar kursi, suar, dan batu bata ke arah petugas keamanan.
Kerusuhan juga terjadi di Manchester, di mana demonstran dan pasukan keamanan terlibat bentrokan. Di kota Hull, demonstran memecahkan jendela kaca sebuah hotel yang digunakan untuk menampung para migran. Polisi melaporkan tiga petugas terluka dan empat orang ditangkap.
Belfast, Irlandia Utara, juga mengalami gejolak, dengan demonstran melempar kembang api dalam bentrokan yang menegangkan antara kelompok anti-Islam dan demonstran anti-rasisme. Kota Sunderland di timur laut Inggris tidak luput dari kerusuhan, dengan laporan tentang massa yang membakar mobil, kantor polisi, menjarah toko, dan menyerang masjid.
Kepala Polisi Northumbria, Mark Hall, mengutuk kekerasan yang terjadi, menyebutnya sebagai “kekerasan dan kekacauan yang tak termaafkan.” Zara Mohammed, sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris (MCB), menyatakan bahwa komunitas Muslim di Inggris sangat khawatir dan tertekan dengan kejadian ini.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, berjanji akan menindak tegas siapa pun yang melakukan tindak kekerasan, serta menuduh “geng preman” memanfaatkan kesedihan bangsa untuk menyebarkan kebencian.
Editor Topik Borneo