IKN– Rencana Pembangunan Terusan Khatulistiwa di Sulawesi Tengah: Proyek Megaproyek yang Meningkatkan Konektivitas Indonesia Timur
Ide pembangunan Terusan yang membelah Pulau Sulawesi telah muncul sejak tahun 2008. Saat itu, gagasan ini bahkan telah disampaikan langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendukung penyusunan rencana strategis pembangunan Terusan yang terintegrasi dengan pengelolaan Teluk Pini.
Dilansir Timenews.co.id melalui Channel YouTube INFO PAGI pada Selasa, 9 Juli 2024, momentum untuk merealisasikan proyek ini semakin besar setelah pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) pada 2019.
Pada 8 Agustus 2023, pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI) mengadakan audiensi dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa menyarankan pembangunan Terusan Khatulistiwa di Sulawesi Tengah, mirip dengan Terusan Suez di Mesir. Ketua Presidium PP KMHDI, I Putu Yoga Saputra, menjelaskan bahwa Terusan Khatulistiwa dapat menjadi penghubung antara Indonesia Timur dengan IKN di Kalimantan Timur.
Ide ini sejalan dengan semangat pembangunan IKN untuk menciptakan inklusivitas ekonomi di kawasan Indonesia Timur.
“Ide dan gagasan kita terkait Terusan Khatulistiwa ini adalah untuk membuka pintu gerbang penghubung antara Indonesia Timur menuju IKN. Garis Khatulistiwa kebetulan melintasi Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah, dan hal ini bisa menjadi pintu gerbang untuk kawasan Indonesia Timur menuju IKN,” ujar I Putu Yoga Saputra.
Sulawesi Tengah, sebagai tuan rumah lokasi Terusan Khatulistiwa, memiliki ambisi besar untuk memperkuat posisinya sebagai penopang Pulau Sulawesi dengan proyek ini.
Diharapkan, pelayaran dari Maluku, Maluku Utara, dan Papua dapat dipangkas sejauh 200 mil dengan penghematan bahan bakar mencapai 1,9 triliun rupiah jika 1.000 kapal melewati Terusan ini setiap tahunnya.
Dalam konteks perdagangan maupun jasa, jalur laut sampai saat ini masih menjadi andalan industri di dunia, termasuk juga di Indonesia.
Namun, jalur laut ke wilayah Maluku, Maluku Utara, dan Papua terhalang oleh Pulau Sulawesi. Oleh karena itu, rencana pembangunan Terusan Khatulistiwa ini diharapkan bisa mengatasi kendala tersebut.
Rencananya, pembangunan Terusan ini akan membelah daratan Sulawesi Tengah dari Desa Tambu, Kabupaten Donggala, hingga Desa Kasimberar, Kabupaten Parigi Moutong.
Terdapat dua alternatif yang ditawarkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah: pertama, jalur sepanjang 28 km dengan lebar 200 m dan ketinggian gunung 70 m dengan volume material yang akan disingkirkan mencapai 2 juta m³; kedua, terusan sepanjang 18,5 km dengan lebar 200 m dan ketinggian gunung 450 m dengan jumlah material yang akan digali mencapai 3 juta m³.
Jika usulan pembangunan Terusan tidak disetujui, Sulawesi Tengah menawarkan alternatif lain, yaitu membangun jalan tol di lokasi yang sama untuk menghubungkan Pelabuhan Tambu dan Kasimberar.
Kedua proyek ini memiliki konsekuensi positif masing-masing, namun tujuannya tetap sama, yaitu mendekatkan IKN ke seluruh wilayah Nusantara.
Perbedaan utama antara Terusan dan jalan tol adalah, dengan Terusan, kapal bisa melintas langsung, sementara dengan jalan tol, perusahaan pengiriman harus menambah armada kapal yang standby di kedua pelabuhan serta menyiapkan tenaga dan armada darat untuk mengatasi kendala tersebut..
Editor Topik Borneo