BONTANG – Sejumlah kapal milik nelayan mengalami kerusakan setelah menabrak pipa distribusi air milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang.
Menurut Ardiansyah, seorang nelayan, ada sekitar 20 kapal nelayan yang terlibat dalam insiden tersebut, meskipun tidak semuanya melaporkan kejadian ini secara resmi.
“Ada yang melaporkan secara resmi, ada juga yang tidak. Tapi, sudah banyak kejadian,” katanya.
Salah satu permasalahan utama yang diungkapkan oleh Ardiansyah adalah kurangnya pengetahuan nelayan tentang jalur pipa distribusi air tersebut.
Ia menyarankan agar penanaman pipa dilakukan secara menyeluruh untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
Pemasangan pipa distribusi air ke Malahing telah dilakukan sekitar tahun 2022, namun pada waktu itu pipa belum ditenggelamkan sepenuhnya. Baru pada tahun 2023, sekitar 500 meter pipa ditenggelamkan.
Namun, menurut Prasetyo, staf teknis Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang, masih ada sekitar 2 kilometer pipa yang harus ditenggelamkan dan ditanam.
“Penurunan pipa tersebut dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran,” kata staf teknis Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang Prasetyo.
Pipa yang sudah ditenggelamkan diberi pemberat dan ditanam dengan kedalaman sekitar 1 meter, dengan jarak antar pemberat sekitar 3 meter. Namun, masih ada bagian pipa yang berada di dekat pulau dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah dan komunitas nelayan dalam upaya menjaga keselamatan dan kelancaran aktivitas perikanan di perairan sekitar Bontang.
Pemkot Bontang perlu segera mengambil tindakan lanjutan untuk memastikan keamanan pipa distribusi air dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Editor Topik Borneo