JAKARTA – Pada pekan lalu, pemerintah Tiongkok mengumumkan rancangan aturan baru yang mengekang aktivitas bermain game online di negara tersebut.
Salah satu ketentuan yang menarik perhatian adalah larangan game online menawarkan insentif atau hadiah untuk pembelian atau login harian.
Rancangan ini juga mencakup pembatasan jumlah top-up oleh pengguna dan peringatan terhadap perilaku konsumsi yang tidak rasional.
Saat pengumuman ini, saham Tencent, perusahaan gim terbesar di China, mengalami penurunan sebesar 16 persen sebelum akhirnya pulih dan ditutup 12 persen lebih rendah pada pekan tersebut.
NetEase, pesaing utama Tencent, juga merasakan dampak serupa dengan kehilangan sekitar 25 persen nilai sahamnya.
Langkah pemerintah Tiongkok untuk mengontrol industri gim, termasuk pemainnya, bukan yang pertama kalinya.
Beberapa tahun terakhir, serangkaian aturan ketat telah diterapkan, dan rancangan baru ini menunjukkan terus berlanjutnya kebijakan kontrol.
Salah satu tujuan pemerintah adalah untuk mengatasi masalah kecanduan game, terutama di kalangan anak di bawah umur.
Riset terakhir mengklaim bahwa aturan ketat tersebut telah berhasil mengurangi masalah kecanduan, dengan lebih dari 75 persen anak di bawah umur menghabiskan waktu kurang dari tiga jam seminggu untuk game online.
Meskipun kebijakan ini dianggap berhasil dalam mengurangi kecanduan game, muncul kekhawatiran bahwa anak-anak dapat mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas online lain yang berpotensi menyebabkan kecanduan.
Sebagai tanggapan terhadap perkembangan ini, pemerintah juga mencoba mengontrol sektor-sektor lain seperti aplikasi video pendek, video online, dan live streaming.
Kondisi pasar gim online di Tiongkok tetap menjadi sorotan global karena perubahan regulasi yang dinamis dan dampaknya terhadap industri game di tingkat internasional.
Sumber : Liputan6.com
Editor Topik Borneo