BALIKPAPAN – Produksi beras di Kalimantan Timur terus mengalami penurunan yang signifikan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, luas panen padi pada tahun 2023 hanya mencapai 57,08 ribu hektare, mengalami penurunan sebesar 7,89 ribu hektare atau 12,14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 64,97 ribu hektare.
Produksi padi di Kalimantan Timur pada tahun yang sama berkisar sekitar 226,97 ribu ton gabah kering giling (GKG), setara dengan sekitar 132,02 ribu ton beras.
Menurut Kepala BPS Kalimantan Timur, Yusniar Juliana, penghitungan luas panen dilakukan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) dengan memanfaatkan teknologi citra satelit dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Hasil survei KSA menunjukkan bahwa puncak panen padi terjadi pada bulan Maret, sejalan dengan tahun sebelumnya.
Namun, untuk tahun 2024, luas panen padi pada bulan Januari mencapai 0,44 ribu hektare, sementara potensi luas panen hingga April 2024 diperkirakan mencapai 20,91 ribu hektare.
Total luas panen pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan akan mencapai 21,35 ribu hektare, mengalami penurunan sekitar 6,39 ribu hektare (23,01 persen) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Produksi padi di Kalimantan Timur sepanjang tahun 2023 mencapai sekitar 226,97 ribu ton GKG, mengalami penurunan sebesar 12,45 ribu ton GKG (5,20 persen) dibandingkan tahun sebelumnya.
Produksi tertinggi terjadi pada bulan Maret, sedangkan produksi terendah tercatat pada bulan Desember.
Untuk tahun 2024, produksi padi diperkirakan mencapai 1,86 ribu ton GKG pada bulan Januari, dengan potensi produksi hingga April 2024 mencapai 78,07 ribu ton GKG.
Total potensi produksi pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan akan mencapai 79,93 ribu ton GKG, mengalami penurunan sekitar 27,25 ribu ton GKG (25,42 persen) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Penurunan produksi padi tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen pada Subround Januari−April 2023 dan September−Desember 2023,” kata Yusniar.
Hal ini menurut Yusniar Juliana terjadi karena berbagai faktor, termasuk cuaca dan kendala teknis dalam proses pertanian.
Ini menunjukkan perlunya perhatian serius untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Kalimantan Timur agar dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat secara optimal.
Editor Topik Borneo