NEW YORK – Chief Executive Officer (CEO) McDonald’s, Chris Kempczinski, mengumumkan bahwa perusahaan merasakan “dampak bisnis yang berarti” setelah seruan memboikot rantai makanan cepat saji tersebut.
Dampak negatif ini terlihat di pasar Timur Tengah dan beberapa wilayah di luar kawasan akibat kampanye boikot terhadap perusahaan dan produk yang diduga mendukung Israel.
“Beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald’s,” kata Kempczinski.
Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa McDonald’s di setiap negara tempat mereka beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, diwakili oleh operator pemilik lokal.
CEO McDonald’s mengecam perang dan misinformasi yang memengaruhi merek mereka, menyatakan kekecewaan dan menegaskan bahwa perusahaan selalu membuka pintu bagi semua orang.
Perusahaan ini mendapat kritik dari aktivis pro-Palestina setelah gambar dan video di media sosial mengungkapkan toko-toko waralaba di Israel menyediakan makanan gratis kepada tentara Israel yang berperang melawan Gaza. Hal ini memicu kemarahan masyarakat Arab dan seruan boikot.
Sebagai respons terhadap kritik, gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), organisasi pro-Palestina, mendesak masyarakat untuk memboikot McDonald’s pada bulan November.
Mereka menyatakan bahwa para pemilik waralaba McDonald’s “secara terbuka mendukung” militer Israel.
Postingan CEO McDonald’s muncul setelah McDonald’s Malaysia mengambil tindakan hukum terhadap gerakan BDS dengan tuduhan menyebarkan “pernyataan palsu dan memfitnah” terkait Gaza, yang dianggap merugikan bisnis perusahaan tersebut. McDonald’s Malaysia juga mengajukan gugatan ganti rugi melebihi USD1 juta.
Situasi ini mencerminkan ketegangan antara beberapa kelompok masyarakat dan perusahaan global yang terlibat dalam kontroversi politik, menyoroti dampak boikot terhadap bisnis di wilayah tertentu.
Sumber : Sindonews.com                                  Â
Editor Topik Borneo