spot_img

Pandangan Gus Baha Terkait Fanatisme dalam Pemilihan Presiden 2024

JAKARTA – Dalam menghadapi Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2024 (Pilpres 2024), pandangan ulama terkenal K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, mengenai pemilihan presiden ini menjadi perbincangan menarik di media sosial.

Dalam sebuah video yang viral, Gus Baha menyampaikan pandangannya bahwa para ulama memiliki cara pandang yang berbeda mengenai pemilihan presiden, dengan menggunakan pendekatan ilmu tauhid.

“Soal pilihan presiden, para ulama cara berpikinya berbeda. Misal kamu fanatik pilih A, yang satu fanatik pilih B. Terus yang satu bilang gini, ‘wah kalau gak dipresideni A, rusak negara’,” kata Gus Baha. 

Menurut Gus Baha, para ulama menekankan pentingnya tidak terlalu fanatik terhadap calon presiden tertentu. Mereka mengingatkan bahwa kesejahteraan tidak boleh tergantung sepenuhnya pada makhluk, termasuk pemimpin.

“Pertanyaannya secara tauhid, bagaimana anda menggantungkan kesejahteraan kepada makhluk? Bagaimana mungkin makhluk yang sedang soleh, kamu pastikan selalu soleh? wong dia makhluk bisa berubah,” lanjut Gus Baha.

Gus Baha menyampaikan bahwa dalam pandangan tauhid, tidak mungkin untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih akan selalu berbuat baik atau selalu buruk, karena manusia dapat berubah.

Gus Baha memberikan contoh bahwa beberapa orang fanatik mendukung calon A sementara yang lain mendukung calon B, dengan masing-masing pihak meyakini bahwa jika calon mereka tidak terpilih, negara akan hancur.

“Sementara B yang fasik, wah kalau dipimpin B pasti rusak negara. Bagimana kamu pastikan B yang fasik selalu fasik? Bisa saja dia husnul khotimah. Yang fasik pas mimpin jadi soleh, yang soleh pas mimpin jadi fasik,” tambah Gus Baha.

Namun, menurut Gus Baha, hal ini tidak sesuai dengan prinsip tauhid, di mana keberadaan dan perubahan manusia adalah di bawah kendali Allah.

Dalam konteks ini, Gus Baha mengakui bahwa pandangan para ulama seringkali dianggap tidak jelas dalam konteks pemilihan presiden. Namun, dia menegaskan bahwa hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa manusia bisa berubah dan Allahlah yang memiliki kendali atas segalanya.

Gus Baha juga menyatakan bahwa dirinya termasuk orang yang memiliki pandangan “tidak jelas” dalam pemilihan presiden. Baginya, lebih penting untuk patuh pada kehendak Allah daripada terlibat dalam fanatisme politik.

Dengan mengemukakan pendapat ini, Gus Baha ingin mengingatkan masyarakat akan pentingnya mempertimbangkan sudut pandang tauhid dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pemilihan pemimpin negara.

Dengan demikian, pandangan Gus Baha memberikan perspektif yang unik dalam menyikapi Pilpres 2024, dengan menekankan pentingnya kepatuhan pada prinsip tauhid dan ketundukan pada kehendak Allah dalam memilih pemimpin negara.

Sumber : Viva.co.id

Editor Topik Borneo

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

MEDIA SOSIAL

1,559FansSuka
1,157PengikutMengikuti
1,175PelangganBerlangganan
- Advertisment -spot_img

BERITA DAERAH

BERITA NASIONAL

BERITA INTERNASIONAL

Komentar