BONTANG – Pada tahun lalu, Pengadilan Agama Bontang menangani tiga kasus permohonan izin poligami. Hanya satu dari tiga kasus tersebut yang disetujui oleh hakim.
Humas Pengadilan Agama Bontang, Ahmad Farih Shofi Muhtar, menyampaikan bahwa pemohon izin poligami berasal dari dua kecamatan, yaitu Bontang Utara dan Bontang Barat.
“Satu dari Bontang Barat dan dua Bontang Utara,” kata Ahmad Farih.
Dua pemohon dari Bontang Utara mengajukan izin poligami karena istri mengalami sakit, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban biologis.
Satu pemohon lainnya ingin menikah lagi untuk membantu perekonomian calon istri kedua.
Dari ketiga kasus tersebut, hanya satu kasus yang dikabulkan, yaitu permohonan izin poligami pemohon asal Bontang Barat.
“Dari tiga. Satu yang ingin membantu perkonomian calon istri kedua itu dikabulkan. Sisanya dicabut dan tidak disetujui,” ucapnya.
Menurut Ahmad Farih, pemohon yang dikabulkan berprofesi sebagai pelaut, dengan perbedaan usia 13 tahun antara suami dan istri kedua.
Suami berusia 39 tahun, sementara istri kedua berusia 26 tahun. Istri kedua berasal dari keluarga kurang mampu dan bekerja sebagai karyawan swasta.
Izin poligami ini diberikan setelah melalui tahapan pendaftaran, mediasi, persidangan, hingga putusan.
Namun, kedua pemohon lainnya tidak mendapatkan izin setelah mediasi, karena sang istri keberatan atau masih sehat baik secara fisik maupun mental.
Dengan adanya tahapan yang dilalui, Pengadilan Agama Bontang melibatkan pendapat istri pertama dan calon istri madu dalam proses pengambilan keputusan izin poligami.
Pengadilan Agama Bontang secara keseluruhan menangani 655 kasus, dengan mayoritas kasus adalah perceraian.
Dalam laporan tahunan, tercatat 341 kasus cerai gugat, 129 kasus cerai talak, dan 21 kasus dispensasi kawin.
Meskipun secara umum jumlah perkara menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun masalah perceraian tetap mendominasi jumlah kasus yang ditangani oleh pengadilan.
Sumber : Bontangpost.id
Editor Topik Borneo
