spot_img

Perempuan Dikesan Tak Cocok Politik, Hetifah: Itu Bisa Dipatahkan

BONTANG – Meskipun telah ada upaya untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam politik, namun kenyataannya masih jauh dari harapan.

Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah perempuan yang duduk di kursi legislatif, seperti yang terjadi di DPRD Bontang untuk periode 2024-2029.

Hanya satu perempuan yang terpilih, yakni Sitti Yara dari PKB, menyusut dari periode sebelumnya yang memiliki tiga kursi.

Hal serupa juga terjadi dalam kontestasi DPR RI dapil Kaltim, dimana hanya satu perempuan yang diprediksi dapat melaju ke Senayan, yaitu Hetifah Sjaifudian.

Meskipun berhasil meraih sekitar 146 ribu suara, hanya satu perempuan dari delapan kuota yang tersedia. “Harapannya minimal ada tiga,” ungkap Hetifah.

Menurut Hetifah, masih terdapat sejumlah hambatan yang menghambat tercapainya target 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen.

“Meskipun jumlah kandidat caleg perempuan mencapai 30 persen atau lebih, namun yang berhasil terpilih masih kurang,” ujar Hetifah.

Salah satunya adalah dari iklim politik yang belum mendukung secara optimal, baik dari segi regulasi maupun ruang yang diberikan.

Selain itu, partai politik juga dinilai belum menempatkan perempuan dalam posisi strategis, serta masih ada perempuan yang enggan mencalonkan diri karena merasa persaingan politik terlalu sulit dan membutuhkan modal yang besar.

Tak hanya itu, hambatan juga datang dari pemilih yang masih memiliki stereotip bahwa perempuan tidak cocok untuk terjun ke dunia politik atau menjadi pemimpin. Stereotip tersebut bahkan tidak jarang datang dari sesama perempuan.

Hetifah menegaskan bahwa perempuan yang terpilih harus menjadi role model dan membuktikan bahwa mereka mampu memimpin dengan prestasi yang nyata.

“Alasan-alasannya adalah merasa bahwa persaingan terlalu ketat dan memerlukan modal. Oleh karena itu, kepercayaan diri dan motivasi harus ditingkatkan melalui memberikan sugesti yang positif,” lanjutnya.

Kendala terakhir adalah pemilih. Menurutnya, sebagian besar pemilih masih percaya bahwa perempuan tidak sesuai untuk terlibat dalam politik atau memimpin. Stereotip tersebut seringkali berasal dari sesama perempuan.

“Stereotipe itu dapat dipatahkan dengan pembuktian, salah satunya prestasi,” kata Hetifah.

Keterlibatan perempuan dalam pembuatan kebijakan akan memberikan perspektif yang lebih luas dan beragam, serta mencerminkan masyarakat yang lebih inklusif dan merata.

Editor Topik Borneo

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

MEDIA SOSIAL

1,559FansSuka
1,157PengikutMengikuti
1,175PelangganBerlangganan
- Advertisment -spot_img

BERITA DAERAH

BERITA NASIONAL

BERITA INTERNASIONAL

Komentar