MAHAKAM ULU – Sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur mungkin masih kurang familiar dengan ritual adat Dayak yang disebut “Nyapok.” Ritual ini menjadi bagian penting saat pendirian dan peresmian jembatan di komunitas Dayak.
Ritual Nyapok dimulai dengan pembakaran dupa dan persembahan, disertai dengan suara gong yang khas. Selama prosesi ini, masyarakat juga membangun pondok khusus untuk melaksanakan ritual tersebut.
Ritual Nyapok dianggap sebagai bentuk tolak bala atau perlindungan terhadap musibah bagi mereka yang akan melintasi jembatan. Selain itu, ritual ini juga menjadi ungkapan syukur atas selesainya proyek pembangunan jembatan.
“Saat kita meresmikan jembatan, kita merasa bersyukur karena Tuhan telah menyertai pekerjaan kita,” kata Sangiang, pemimpin upacara Nyapok.
Menurutnya, ritual ini juga merupakan ungkapan terima kasih kepada leluhur yang dianggap membantu selama pengerjaan jembatan. Masyarakat Dayak percaya bahwa doa-doa mereka selama ritual tersebut akan diterima oleh para leluhur.
“Berkat bantuan dari leluhur, proyek ini dapat terselesaikan tanpa halangan,” tambahnya.
Sebagai bagian dari sesajian persembahan, masyarakat memberikan ayam dan barang-barang lainnya kepada leluhur. Objek-objek ini dianggap sebagai bentuk doa dan permohonan pertolongan.
Ritual Nyapok tidak hanya mencerminkan kearifan lokal dalam melestarikan adat dan budaya, tetapi juga sebagai wujud rasa syukur dan keterikatan masyarakat Dayak terhadap leluhur mereka.
Dalam konteks pembangunan jembatan, ritual ini menjadi momen sakral yang dijalankan dengan penuh makna oleh komunitas Dayak di Kalimantan Timur.
Sumber : Tribunkaltim.coÂ
Editor Topik Borneo