JAKARTA – Riot Games, pengembang game ternama yang dikenal lewat League of Legends dan Valorant, mengumumkan langkah kontroversial dengan memberhentikan sekitar 530 karyawannya, menandai pemangkasan sekitar 11% dari total kekuatan kerja perusahaan.
Pemutusan hubungan kerja ini menimpa tim pengembang Legends of Runeterra (LoR) dan menyebabkan penutupan Riot Forge.
Keputusan tersebut diambil setelah perusahaan mengungkapkan bahwa biaya pembuatan dan dukungan selama perjalanan LoR ternyata jauh melebihi pendapatan yang dihasilkan.
CEO Riot Games, Dylan Jadeja, menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan visi perusahaan untuk meningkatkan pengalaman gamer dalam memainkan game mereka, sekaligus mengurangi investasi pada area yang memberikan dampak yang lebih kecil.
“Visi kami untuk masa depan sangat berani, dan komitmen kami terhadap game live inti kami – League of Legends, Valorant, Teamfight Tactics, dan Wild Rift – lebih ambisius dari sebelumnya,” kata Jadeja.
Riot Games berencana untuk memprioritaskan tim pengembang yang bertanggung jawab atas game kompetitif utama mereka.
Fokus utama akan diberikan pada pembuatan konten, fitur, dan pembaruan yang telah lama ditunggu-tunggu oleh para pemain.
Jadeja menambahkan bahwa strategi perusahaan akan lebih mengintegrasikan esports, musik, dan hiburan ke dalam game mereka.
Meskipun memberhentikan sejumlah karyawan, Jadeja membocorkan bahwa Riot Games sedang merencanakan proyek baru.
Namun, game yang disebut sebagai Project L ini diprediksi baru akan meluncur sebelum musim panas tahun 2025.
Keputusan untuk memberhentikan karyawan tersebut menjadi bagian dari gelombang PHK di industri game pada tahun 2024, setelah sebelumnya Twitch dan Unity juga melakukan pemutusan hubungan kerja yang berskala besar, mengakibatkan lebih dari 9.000 orang kehilangan pekerjaan di sektor ini sejak tahun 2023.
Sumber : Detik.comÂ
Editor Topik Borneo
