TENGGARONG – Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak zaman kerajaan.
Pada abad ke-13, wilayah ini merupakan bagian dari Kerajaan Kutai Martadipura, salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang terkenal dengan Prasasti Yupa yang menunjukkan eksistensi kerajaan Hindu di wilayah ini.
Prasasti Yupa mengindikasikan bahwa Kutai Martadipura sudah berkembang pada abad ke-4 Masehi.
Pada abad ke-16, wilayah ini masuk dalam pengaruh Kesultanan Kutai Kartanegara yang berpusat di Tenggarong. Kesultanan Kutai Kartanegara merupakan kerajaan Islam yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Timur.
Sultan Aji Muhammad Idris adalah salah satu sultan terkenal yang memimpin pada abad ke-18, yang berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga ke pesisir timur Kalimantan.
Seiring dengan kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-17 dan 18, wilayah ini mulai berinteraksi dengan kolonial Belanda. Pada tahun 1844, Kesultanan Kutai Kartanegara menandatangani perjanjian dengan Belanda, yang mengakui kekuasaan Belanda di wilayah tersebut. Meskipun demikian, kesultanan tetap mempertahankan otonomi internalnya.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, Kalimantan Timur bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1949.
Sejak saat itu, wilayah ini mengalami berbagai perkembangan, termasuk penemuan sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, gas, dan batu bara yang menjadi pendorong utama ekonomi Kaltim.
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk memindahkan ibu kota negara ke wilayah Kalimantan Timur, tepatnya di antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara. Keputusan ini diambil untuk mengurangi beban Jakarta dan mendorong pembangunan di luar Jawa.
Sejarah Kalimantan Timur mencerminkan kekayaan budaya dan sumber daya alamnya, serta peran pentingnya dalam sejarah Indonesia dari zaman kerajaan hingga era modern.
Dengan latar belakang yang kaya ini, Kalimantan Timur terus berkembang sebagai salah satu provinsi terpenting di Indonesia.
Editor Topik Borneo
