GAZA – Yahya Sinwar telah resmi menggantikan Ismail Haniyeh sebagai Pemimpin Politik Hamas. Sinwar, yang dikenal sebagai ‘teror bagi Israel’, jarang tampil di publik. Lantas, bagaimana kiprah Sinwar?
Lahir pada 29 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza, Sinwar merupakan arsitek utama sayap bersenjata Hamas dan salah satu perancang serangan 7 Oktober 2023 yang sangat mematikan bagi Israel.
Sinwar tumbuh di kamp pengungsi yang padat dan miskin, di mana ia mengembangkan minatnya dalam studi bahasa Arab di Universitas Islam Gaza pada awal 1980-an.
Pada 1985, ia membantu mendirikan Munaẓẓamat al-Jihad wa al-Daʿwah, sebuah jaringan pemuda Islam yang menyoroti masalah pengkhianatan di kalangan Palestina.
Dengan berdirinya Hamas pada 1987, Sinwar menjadi bagian penting dari jaringan keamanannya. Tahun 1988, ia ditahan oleh Israel karena terlibat dalam pembunuhan warga Palestina yang dianggap sebagai pengkhianat.
Sinwar menjalani hukuman seumur hidup di penjara, di mana ia dikenal karena pengaruhnya yang besar dan metode keras dalam mengatasi informan.
Setelah dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari pertukaran tahanan untuk Gilad Shalit, Sinwar kembali ke Jalur Gaza dengan status sebagai salah satu pemimpin Hamas yang dominan.
Ia terpilih sebagai anggota biro politik Hamas di Jalur Gaza pada 2012 dan dikenal karena kemampuannya menyatukan faksi-faksi internal Hamas.
Pada 7 Oktober 2023, Sinwar memimpin “Operasi Banjir Al-Aqsa,” serangan terbesar Hamas terhadap Israel. Serangan ini melibatkan peluncuran sekitar 2.200 roket dalam waktu singkat dan infiltrasi militan ke Israel, menyebabkan sekitar 1.200 kematian dan 240 sandera.
Sinwar menggunakan serangan ini untuk menegaskan posisinya dan menerapkan taktik yang sudah dikenal, termasuk penyanderaan untuk pertukaran tahanan.
Editor Topik Borneo
