SAMARINDA – Proyek pembangunan Pasar Pagi di Samarinda mendapat kritik tajam dari wakil rakyat. Anggota Komisi II DPRD Samarinda, Abdul Rohim, menilai proyek ini berisiko tidak selesai sesuai janji Pemerintah Kota Samarinda.
Rohim menyarankan agar pelantikan anggota DPRD Samarinda periode 2024-2029 dilakukan di Pasar Pagi sebagai bentuk pengingat terhadap janji pemerintah.
Kritik ini disampaikan pada Rabu, 7 Agustus 2024. Rohim mengatakan bahwa Pemkot Samarinda berjanji menyelesaikan pembangunan Pasar Pagi pada akhir 2024. Namun, melihat kondisi saat ini, janji tersebut dianggap sulit terealisasi.
“Hingga kini, progres pembangunan Pasar Pagi belum signifikan, jadi kemungkinan besar proyek ini akan molor,” ungkap Rohim, politikus dari PKS.
Jika pembangunan Pasar Pagi terlambat, dampaknya akan dirasakan oleh pedagang yang mengalami penurunan omzet setelah direlokasi ke Segiri Grosir Samarinda. Beberapa pedagang bahkan terpaksa meminjam uang dari bank untuk tambahan modal.
“Pinjaman ini membuat pedagang harus mencari penghasilan tambahan,” tambahnya.
Rohim mendesak Pemkot Samarinda untuk menepati janji menyelesaikan pembangunan tepat waktu dan mengusulkan agar pelantikan DPRD yang baru diadakan di Pasar Pagi untuk mengingatkan pemerintah akan komitmennya. Ia juga meminta anggota dewan yang baru untuk terus memantau proyek pemerintah.
“Tidak hanya pembangunan fisik, tapi juga kesejahteraan dan keamanan pedagang perlu diperhatikan,” tegasnya.
Menanggapi saran tersebut, Wali Kota Samarinda, Andi Harun, mengatakan bahwa pelantikan anggota DPRD di Pasar Pagi adalah sensasi yang tidak berguna. Ia menyarankan agar pelantikan tetap dilaksanakan sesuai prosedur pada 26 Agustus 2024.
“Semoga saran tersebut tidak ada unsur kebencian atau sindiran. Sebaiknya pelantikan diadakan sesuai prosedur,” kata Wali Kota.
Pendapatan Pedagang Turun Signifikan
Pedagang eks Pasar Pagi yang kini berjualan di Segiri Grosir Samarinda (SGS) mengeluh karena pendapatan mereka menurun drastis. Herman, 35 tahun, mengatakan bahwa omzetnya berkurang dari Rp2 juta per hari di Pasar Pagi menjadi Rp500 ribu per hari di SGS.
“Sementara di Pasar Pagi, saya bisa mendapatkan hingga Rp2 juta per hari,” kata Herman.
Mery, 48 tahun, mengalami penurunan pendapatan serupa. Ia hanya mendapatkan Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per hari di SGS, sedangkan di Pasar Pagi pendapatannya bisa lebih dari Rp1 juta per hari.
“Berjualan di SGS seperti berjualan pada masa pandemi COVID-19. Saya pesimistis pembangunan Pasar Pagi akan selesai tepat waktu,” ujar Mery.
Proyek renovasi Pasar Pagi, yang dimulai pada Januari 2024 setelah pembongkaran pasar, ditargetkan selesai pada akhir tahun ini. Namun, Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Shamri Saputra, meragukan target tersebut.
“Secara logika, pembangunan Pasar Pagi tidak akan selesai pada Desember. Bahkan jika dipaksakan, hasilnya mungkin tidak memuaskan,” kata Shamri.
Shamri menilai keterlambatan proyek menunjukkan perencanaan yang tidak matang. Ia meminta pemerintah memperbaiki perencanaan proyek, terutama yang melibatkan masyarakat luas.
“Jika proyek terlalu lama, para pedagang akan mengalami kerugian,” tutupnya.
Editor Topik Borneo