BERAU – Puluhan warga Kampung Merasa, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menggelar unjuk rasa untuk menghentikan aktivitas alat berat yang terkait dengan eksplorasi batu bara di Poros Labanan Kelay, KM 28 dan KM 35.
Ketua Adat Kampung Merasa, Amat, menuduh bahwa kegiatan eksplorasi tersebut dilakukan di lahan dan kebun milik warga tanpa izin. Menurutnya, aktivitas ini bukan kali pertama terjadi dan alat berat masuk secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan.
“Situasi ini bagaikan keluar dari mulut buaya, masuk mulut harimau. Lahan dan kebun kami yang selama ini dikeruk secara ilegal kini kembali diganggu oleh perusahaan yang melakukan pengeboran,” kata Amat, Selasa (23/7/2024).
Pada 2015, masyarakat Kampung Merasa sudah pernah menghadapi masalah serupa dengan penambang batu bara ilegal, yang mengancam mata pencaharian mereka dan merusak hubungan sosial serta adat.
Masyarakat yang bergantung pada pertanian dan kebun kini berjuang untuk mempertahankan hak mereka atas tanah. “Kami meminta dialog terbuka dengan perusahaan tambang untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan,” tambah Amat.
Sementara itu, PT Berau Coal, yang terlibat dalam aktivitas di kawasan tersebut, menjelaskan bahwa mereka beroperasi di area yang sudah memiliki izin resmi dari pemerintah.
Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal, Rudini, mengatakan bahwa pengeboran eksplorasi dilakukan di Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan mereka memiliki Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kegiatan kami hanya sebatas eksplorasi, bukan penambangan. Jika ada aktivitas penambangan, itu bukan dilakukan oleh kami,” tegas Rudini, Rabu (24/7/2024).
Rudini juga menambahkan bahwa perusahaan bersama aparat penegak hukum sedang menindak aktivitas tambang ilegal di area konsesi mereka dan menghadapi klaim kepemilikan lahan oleh warga yang tidak sesuai dengan status KBK.
Editor Topik Borneo
